Pasuruan,
Jawa Timur -- Untuk merealisasikan akses layanan untuk seluruh anak
usia dini di Indonesia, pemerintah tak bisa berjalan sendiri.
"Sumbangsih perusahaan dalam pengembangan pendidikan anak usia dini
(PAUD) melalui corporate social responbility (CSR) akan sangat
membantu," ucap Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal,
dan Informal (Ditjen PAUDNI) Lydia Freyani Hawadi, saat kunjungan ke
pabrik susu Nestle Indonesia di Pasuruan, Jawa Timur, Selasa (15/1).
Dikatakan Lydia, pemerintah memiliki
keterbatasan terutama dalam hal anggaran. Saat ini, angka partisipasi
kasar (APK) PAUD di Indonesia masih berada pada angka 54,64 persen.
Untuk mencapai target APK 75 persen pada tahun 2015, dibutuhkan dana Rp.
17 triliun. Akan tetapi, tahun ini saja anggaran untuk seluruh program
PAUDNI dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) saja hanya
sebesar Rp 2,4 triliun. "Jika beban ini kita bagi bersama, maka
penyediaan pelayanan akses PAUD untuk anak usia dini Indonesia akan
semakin mudah," kata Dirjen di hadapan pimpinan dan karyawan Nestle
Indonesia.
Guru Besar Universitas Indonesia ini juga
menyatakan, langkah ini bisa dimulai dari penyediaan PAUD untuk
anak-anak karyawan. Kemudian dilanjutkan dengan pengadaan PAUD untuk
anak-anak peternak sapi perah yang bekerja sama dengan Nestle. Sebagai
perusahaan besar, Nestle Indonesia memiliki 2.900 karyawan dan menaungi
33.000 peternak sapi perah di seluruh Indonesia. Penyediaan PAUD bagi
anak-anak karyawan dan peternak sapi perah oleh Nestle akan menjadi
langkah besar bagi perkembangan PAUD.
"Nestle bisa membantu peternak sapi perah
di pedesaan dengan memberikan layanan PAUD di tengah pemukiman. Jadi
tidak saja membantu kesejahteraan, tapi juga pendidikan," ucapnya
menambahkan. Selanjutnya, dalam hal ini Direktorat Jenderal PAUDNI
Kemdikbud bisa menjadi rekan kerja sama yang akan memberikan bimbingan,
atau melakukan pembinaan untuk tenaga pendidik dan pengelolaan PAUD.
(NW, sumber: paudni.kemdikbud.go.id)
0 komentar:
Posting Komentar