Kamis, 17 Januari 2013

Menghubungkan Isi Puisi dengan Realitas Alam, Sosial, Budaya dan Masyarakat




Dalam puisi sering digunakan ragam bahasa kias dengan tujuan menyatakan ekspresi yang dimaksud. Melalui ragam bahasa tersebut penulis menjabarkan gambaran pengindraan, perasaan, dan pikirannya dalam rangkaian kata yang padat dan menarik.
Untuk dapat memahami tema, isi, dan pesan sebuah puisi diperlukan kegiatan perenungan (kontemplasi). Hanya melalui perenungan seseorang akan dapat memahami, menghayati, dan menilai sekaligus mengapresiasi (menghargai) puisi. Dari hasil perenungan akan muncul kemampuan interpretasi atau penafsiran arti/makna puisi.
Menginterpretasi puisi adalah upaya memberi makna terhadap puisi. Dengan interpretasi akan dapat diraba tema, isi, dan pesan sebuah puisi.
Tema puisi adalah pokok/inti permasalahan yang menjadi dasar penulisan puisi. Tema puisi bersifat tersirat (implisit). Namun demikian, tema biasanya dapat ditelusuri lewat judulnya.

 
Pesan atau amanat puisi adalah gagasan yang ingin disampaikan penyair kepada pembaca. Melalui pesan dalam puisi, seorang penyair ingin mengajak para pembaca atau penikmat puisi melakukan sesuatu yang berharga, yang bernilai bagi ketuhanan, kemanusiaan, keadilan, kebenaran, dan sebagainya.
Makna puisi adalah arti atau maksud yang terkandung dalam puisi yang dapat ditangkap oleh pembaca sesuai tingkat pengalaman dan pengetahuannya. Sekali lagi, makna puisi hanya dapat ditangkap melalui penafsiran/interpretasi. Karena itu, makna puisi akan berbeda-beda manakala penafsirnya tidak sama. Bahkan, bukan tidak mungkin akan bertolak belakang. Dalam penafsiran pasti akan ada unsur subjektivitas. Kedewasaan, kemantapan pengalaman, dan pengetahuan penafsir akan menentukan mutu rumusan makna puisi. Sudah barang tentu, hanya penyairnya yang tahu makna persis puisi tersebut.
Penyair (memang seharusnya) merasa tidak berhak lagi terhadap puisinya setelah puisi tersebut berada di tangan masyarakat. Masyarakatlah yang berhak berbuat apa pun terhadap puisi itu, terutama dalam hal memberi makna. Pembacalah pemilik puisi tersebut. Mau diapakan saja boleh. Mau dimaknai apa pun silakan, mau ditafsirkan ”semaunya” tidak salah, asal mempunyai dasar pijakan.
Dari penafsiran seperti itu kiranya dapat dirumuskan temanya, yaitu tidak seorang pun boleh merasa paling tepat memberi makna terhadap puisi (tidak terkecuali penyairnya).
Amanat atau pesan yang dapat ditangkap adalah hendaknya puisi dianggap sebagai sebuah karya netral yang bebas diberi makna apa pun oleh pembacanya. Sudah barang tentu, kata bebas di sini berarti bebas dengan dasar yang tegas dan jelas.
Biasanya, untuk dapat memberi makna pada sebuah puisi seseorang merasa perlu melalui tahap membuat parafrasa. Membuat parafrasa (puisi) adalah kegiatan mengubah atau mengungkapkan kembali puisi ke bentuk lain (biasanya prosa) tanpa mengubah pengertian dengan maksud untuk dapat menjelaskan maksud atau maknanya yang tersembunyi.
Parafrasa biasanya diawali dengan menambahi atau menyelipkan kata-kata atau tanda baca dalam puisi bersangkutan. Maksudnya adalah agar kalimat-kalimat, larik-larik, dan baitbait terasa lebih lancar. Cara ini juga bertujuan menampilkan kembali kata-kata atau tandatanda baca yang semula sengaja dihilangkan oleh penyairnya. Kata-kata atau tanda-tanda baca tambahan tersebut ditempatkan dalam tanda kurung. Langkah selanjutnya mengubah puisi tersebut ke dalam bentuk prosa yang kata-kata di dalamnya sudah didominasi kata-kata atau kalimat-kalimat si pembuat parafrasa.
Menghubungkan isi puisi dengan realitas alam, sosial budaya,
dan masyarakat melalui  diskusi
Menentukan hubungan isi puisi dengan realitas alam atau sosial atau masyarakat, perlu didahului dengan memahami dan mengetahui nilai-nilai yang terkandung di dalam puisi itu sendiri. Nilai-nilai itulah yang menunjukkan adanya hubungan dengan dunia luar puisi.
Munculnya gagasan atau ide untuk membuat suatu puisi selalu dipengaruhi atau dilatari dengan realitas kehidupan yang dialami oleh penyair itu sendiri. Sebagai mahluk sosial, penyair merupakan anggota suatu kelompok masyarakat yang memiliki kehidupan sosial yang beraneka ragam. Keberadaan penyair di tengah-tengah kelompok masyarakat sosial secara tidak langsung akan memberikan pengaruh terhadap karya yang dihasilkannya. Namun, akan berbeda dengan kelompok lainnya dalam menyikapi kehidupan yang melatarinya.
Untuk mempermudah menemukan hubungan isi puisi dengan realitas kehidupan, parafrasekan terlebih dahulu puisi tersebut untuk lebih memahami gagasan yang terkandung di dalamnya, kemudian bacalah secara berulang-ulang.
Kehidupan sosial suatu masyarakat, baik secara individu maupun kelompok, dapat dijadikan bahan untuk penciptaan puisi. Corak kehidupan masyarakat yang bisa diangkat atau dituangkan ke dalam sebuah puisi bisa beraneka ragam, misalnya kisah percintaan, pandangan hidup, adat kebiasaan, atau perilaku suatu kelompok masyarakat di luar masalah politik.
Ada beberapa langkah yang bisa kita lakukan untuk bisa menemukan unsur kehidupan sosial masyarakat serta sikap penyair terhadapnya melalui sebuah puisi.
Langkah-langkah itu diantaranya :
a.       membaca puisi yang bersangkutan secara berulang-ulang agar kamu mampu menemukan makna keseluruhan puisi tersebut;
b.      mengidentifikasi dan menyimpulkan judul puisi, kata-kata, larik, atau kalimat di dalamnya;
c.       mengidentifikasi hubungan makna antara larik yang satu dengan larik lainnya untuk memahami satuan makna yang terdapat dalam bait puisi;
d.      mengidentifikasi unsur sosial kehidupan yang di kemukakan penyair;
e.       mengidentifikasi sikap penyair terhadap unsur kehidupan yang dimaksud.

Artikel yang berkaitan



3 komentar:

Unknown mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Unknown mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Unknown mengatakan...

Saya ahnaf, di sekolah kan saya diksh tugas, nah tugasnya itu disuruh cari puisi yg ada hubunganya dgn alam&sosial budaya masyarakat. Pertanyaannya : Apakah ada yg lebih singkat lagi dari yg diatas ??
makasih ...

Posting Komentar

Majalah Dinding

Baca Itu Penting