Dalam puisi sering digunakan ragam bahasa kias dengan tujuan
menyatakan ekspresi yang dimaksud. Melalui ragam bahasa tersebut penulis
menjabarkan gambaran pengindraan, perasaan, dan pikirannya dalam rangkaian kata
yang padat dan menarik.
Untuk dapat memahami tema, isi, dan pesan sebuah puisi
diperlukan kegiatan perenungan (kontemplasi). Hanya melalui perenungan
seseorang akan dapat memahami, menghayati, dan menilai sekaligus mengapresiasi
(menghargai) puisi. Dari hasil perenungan akan muncul kemampuan interpretasi
atau penafsiran arti/makna puisi.
Menginterpretasi puisi adalah upaya memberi makna terhadap
puisi. Dengan interpretasi akan dapat diraba tema, isi, dan pesan sebuah puisi.
Tema puisi adalah pokok/inti permasalahan yang menjadi
dasar penulisan puisi. Tema puisi bersifat tersirat (implisit). Namun demikian,
tema biasanya dapat ditelusuri lewat judulnya.
Pesan atau amanat puisi adalah gagasan yang
ingin disampaikan penyair kepada pembaca. Melalui pesan dalam puisi, seorang
penyair ingin mengajak para pembaca atau penikmat puisi melakukan sesuatu yang
berharga, yang bernilai bagi ketuhanan, kemanusiaan, keadilan, kebenaran, dan
sebagainya.
Makna puisi adalah arti atau maksud yang terkandung
dalam puisi yang dapat ditangkap oleh pembaca sesuai tingkat pengalaman dan
pengetahuannya. Sekali lagi, makna puisi hanya dapat ditangkap melalui
penafsiran/interpretasi. Karena itu, makna puisi akan berbeda-beda manakala
penafsirnya tidak sama. Bahkan, bukan tidak mungkin akan bertolak belakang.
Dalam penafsiran pasti akan ada unsur subjektivitas. Kedewasaan, kemantapan
pengalaman, dan pengetahuan penafsir akan menentukan mutu rumusan makna puisi.
Sudah barang tentu, hanya penyairnya yang tahu makna persis puisi tersebut.
Penyair (memang seharusnya) merasa tidak berhak lagi terhadap
puisinya setelah puisi tersebut berada di tangan masyarakat. Masyarakatlah yang
berhak berbuat apa pun terhadap puisi itu, terutama dalam hal memberi makna.
Pembacalah pemilik puisi tersebut. Mau diapakan saja boleh. Mau dimaknai apa
pun silakan, mau ditafsirkan ”semaunya” tidak salah, asal mempunyai dasar
pijakan.
Dari penafsiran seperti itu kiranya dapat dirumuskan temanya,
yaitu tidak seorang pun boleh merasa paling tepat memberi makna terhadap puisi
(tidak terkecuali penyairnya).
Amanat atau pesan yang dapat ditangkap adalah hendaknya puisi
dianggap sebagai sebuah karya netral yang bebas diberi makna apa pun oleh
pembacanya. Sudah barang tentu, kata bebas di sini berarti bebas dengan dasar
yang tegas dan jelas.
Biasanya, untuk dapat memberi makna pada sebuah puisi
seseorang merasa perlu melalui tahap membuat parafrasa. Membuat parafrasa
(puisi) adalah kegiatan mengubah atau mengungkapkan kembali puisi ke bentuk lain
(biasanya prosa) tanpa mengubah pengertian dengan maksud untuk dapat
menjelaskan maksud atau maknanya yang tersembunyi.
Parafrasa biasanya diawali dengan menambahi atau menyelipkan
kata-kata atau tanda baca dalam puisi bersangkutan. Maksudnya adalah agar
kalimat-kalimat, larik-larik, dan baitbait terasa lebih lancar. Cara ini juga
bertujuan menampilkan kembali kata-kata atau tandatanda baca yang semula
sengaja dihilangkan oleh penyairnya. Kata-kata atau tanda-tanda baca tambahan
tersebut ditempatkan dalam tanda kurung. Langkah selanjutnya mengubah puisi
tersebut ke dalam bentuk prosa yang kata-kata di dalamnya sudah didominasi
kata-kata atau kalimat-kalimat si pembuat parafrasa.
Menghubungkan isi puisi dengan realitas alam, sosial
budaya,
dan masyarakat melalui diskusi
Menentukan hubungan isi puisi dengan realitas alam atau
sosial atau masyarakat, perlu didahului dengan memahami dan mengetahui
nilai-nilai yang terkandung di dalam puisi itu sendiri. Nilai-nilai itulah yang
menunjukkan adanya hubungan dengan dunia luar puisi.
Munculnya gagasan atau ide untuk membuat suatu puisi selalu
dipengaruhi atau dilatari dengan realitas kehidupan yang dialami oleh penyair
itu sendiri. Sebagai mahluk sosial, penyair merupakan anggota suatu kelompok
masyarakat yang memiliki kehidupan sosial yang beraneka ragam. Keberadaan
penyair di tengah-tengah kelompok masyarakat sosial secara tidak langsung akan
memberikan pengaruh terhadap karya yang dihasilkannya. Namun, akan berbeda
dengan kelompok lainnya dalam menyikapi kehidupan yang melatarinya.
Untuk mempermudah menemukan hubungan isi puisi dengan
realitas kehidupan, parafrasekan terlebih dahulu puisi tersebut untuk lebih
memahami gagasan yang terkandung di dalamnya, kemudian bacalah secara
berulang-ulang.
Kehidupan sosial suatu masyarakat, baik secara individu
maupun kelompok, dapat dijadikan bahan untuk penciptaan puisi. Corak kehidupan
masyarakat yang bisa diangkat atau dituangkan ke dalam sebuah puisi bisa
beraneka ragam, misalnya kisah percintaan, pandangan hidup, adat kebiasaan,
atau perilaku suatu kelompok masyarakat di luar masalah politik.
Ada beberapa langkah yang bisa kita lakukan untuk bisa
menemukan unsur kehidupan sosial masyarakat serta sikap penyair terhadapnya
melalui sebuah puisi.
Langkah-langkah itu diantaranya :
a. membaca
puisi yang bersangkutan secara berulang-ulang agar kamu mampu menemukan makna
keseluruhan puisi tersebut;
b. mengidentifikasi
dan menyimpulkan judul puisi, kata-kata, larik, atau kalimat di dalamnya;
c. mengidentifikasi
hubungan makna antara larik yang satu dengan larik lainnya untuk memahami
satuan makna yang terdapat dalam bait puisi;
d. mengidentifikasi
unsur sosial kehidupan yang di kemukakan penyair;
e. mengidentifikasi
sikap penyair terhadap unsur kehidupan yang dimaksud.
3 komentar:
Saya ahnaf, di sekolah kan saya diksh tugas, nah tugasnya itu disuruh cari puisi yg ada hubunganya dgn alam&sosial budaya masyarakat. Pertanyaannya : Apakah ada yg lebih singkat lagi dari yg diatas ??
makasih ...
Posting Komentar